Di suatu waktu, setelah selesai acara suatu pesta pernikahan (manjalo adat na gok), datanglah seseorang menjumpai saya. Dia bermarga Manalu, tepatnya Manalu Rumabutar. Dia bertanya, kenapa jika ada pesta Butarbutar di kampung ini, tidak pernah ada dipanggil atau disuarakan kami yang bermarga Manalu Rumabutar ini? Nah, mereka manarita, istilahnya.
Tentu saya juga bingung menjawabnya. Ada apa hubungan antara Butarbutar dengan Manalu? Tak perlu lama untuk mengetahu jawabannya.
Sejenak duduk bersila didepan para dedengkot Butarbutar yang masih berkombur di rumah, lalu saya mulai buka suara.
"Oppung, tadi ada marga Manalu yang bertanya, kenapa kami yang bermarga Manalu ini tidak pernah dipanggil dalam acara pesta Butarbutar?"
Para tetua terdiam, saling berpandangan, lalu tersenyum. Dan kemudian seorang oppung mulai bercerita.
"Dahulu, ada seorang bermarga Manalu datang ke kampung Butarbutar. Dia datang dengan tujuan mampartandangkon hadatuon (menguji/mengadu kesaktian). Dia diterima oleh seorang tetua Butarbutar yang lalu menantangnya untuk menunjukkan kebolehannya.
'Jika engkau memang sakti, panggillah seorang perempuan untuk anakku ini untuk dinikahi', kata Butarbutar senior.
Maka Manalu pun dengan kesaktiannya mendatangkan seorang perempuan bagi anak Butarbutar. Dan Manalu lalu diakui akan kesaktiannya, lalu tinggal dirumah Butarbutar.
Namun selang beberapa waktu, anak Butarbutar senior tersebut meninggal, sementara istri Butarbutar junior almarhum pada saat itu sedang mengandung.
Butarbutar senior lalu berkata kepada Manalu,
'Karena engkau dulu yang memanggil menantuku ini, maka engkaulah yang menggantikan anakku yang telah meninggal itu'.
Maka sejak itu, terjadi padan antara Manalu dan Butarbutar. Manalu itu menjadi Manalu Rumabutar. TETAPI, nah ada tetapinya...
Ternyata tidak semua Butarbutar marpadan dengan Manalu Rumabutar. Hanya Butarbutar dari keturunan Simananduk yang marpadan, itu pun tidak semua keturunan Simananduk. Hanya keturunan Datu Napunjung lah yang marpadan dengan Manalu Rumabutar. Jadi kita keturunan Butarbutar Raja Simananti sebenarnya tidak ada padan sama sekali dengan Manalu Rumabutar. Jadi kalau ada Manalu yang bertanya padamu tentang hal ini, kau sudah tau apa yang harus kau jawab. Katakan, begitulah kata oppung-oppung kami kepada kami".
Demikianlah cerita oppung tentang Manalu Rumabutar itu. Dan sedikit tambahan, versi lain dari Manalu justru menceritakan hal yang sebaliknya, yaitu Butarbutarlah yang mendatangi kampung Manalu. Nah lho...jadi semakin seru dan misterius kisahnya.
All About Butarbutar
Karena kita harus bangga menjadi Halak Batak.
Senin, 19 Januari 2015
TAROMBO NI RAJA TOGA BUTARBUTAR
Inilah Tarombo saya, dari Raja Toga Butarbutar, hingga ke saya. Ada 15 keturunan dari Raja Toga butarbutar hingga ke saya, yang bernomor 16.
Ayo, silahkan dikomentari jika ada dari dongan tubu yang masih masuk di dalam tarombo ini.
Ayo, silahkan dikomentari jika ada dari dongan tubu yang masih masuk di dalam tarombo ini.
KISAH 3 BERSAUDARA SITORUS, SIRAIT, BUTARBUTAR
Keturunan Narasaon dari Raja Mangatur ada 3, yaitu Sitorus, Sirait, dan Butarbutar. Ada kisah yang terjadi diantara ketiga bersaudara ini, yang tidak banyak diketahui oleh keturunan ketiganya.
Alkisah, ketika Sitorus dan Sirait telah tumbuh dewasa, tibalah saatnya bagi Raja Mangatur untuk membagikan warisan kepada kedua putranya ini. Maka dibagilah kepada keduanya tanah yang luas sebagai bekal mereka nantinya untuk menjalani hidup dan juga untuk keturunan Sitorus dan Sirait.
Ketika warisan telah dibagikan, beberapa tahun kemudian, lahirlah Butarbutar. Ketika ia menginjak dewasa, maka ia pun bertanya kepada orang tuanya, Raja Mangatur, mengenai warisannya kelak. Tapi Raja Mangatur sudah tidak mempunyai tanah untuk diberikan kepada Butarbutar. Raja Mangatur pun menyuruh Butarbutar untuk menjumpai kedua abangnya, untuk menanyakan hal ini, kalau-kalau ada bagian abangnya yang bisa diberikan kepada adiknya.
Butarbutar lalu menemui Sitorus sebagai abang tertua, namun jawaban yang dierima sangat menyakitkan.
"Kau adalah anak yang tidak diharapkan, tidak akan ada bagian untukmu", kata Sitorus kepada Butarbutar.
Butarbutar lalu menemui Sitorus sebagai abang tertua, namun jawaban yang dierima sangat menyakitkan.
"Kau adalah anak yang tidak diharapkan, tidak akan ada bagian untukmu", kata Sitorus kepada Butarbutar.
Alangkah sedihnya Butarbutar mendengar itu, dia pun menangis.
Saat bersedih itu, datanglah Sirait dan bertanya padanya.
"Kenapa engkau menangis adikku? Apakah kesusahan yang engkau alami?" tanya Sirait.
"Kenapa engkau menangis adikku? Apakah kesusahan yang engkau alami?" tanya Sirait.
Maka Butarbutar menceritakan semuanya, termasuk kata-kata Sitorus padanya. Sirait terkejut dan ikut sedih. Lalu dia berkata kepada Butarbutar,
"Jangan menagis lagi. Jika begitu perkataan abang kita, biarlah seperti itu. Namun, akan kuberikan padamu apa yang kau inginkan. Ambillah bagianku sebanyak yang engkau mau. Pilihlah bagianku sebelah mana yang engkau mau. Sebab, engkau adalah aku, dan aku adalah engkau. Kita sedarah sampai kapanpun"
Maka Butarbutar pun mendapat bagian warisan yang memang seharusnya didapatkannya. Lalu dia membuat janji kepada Sirait,
"Abangku, mulai saat ini, engkau adalah pengganti Bapak kelak. Keturunanku akan selalu mengingat itu".
Sejak itulah hubungan keturunan Sirait dan Butarbutar jauh lebih erat daripada Butarbutar dengan Sitorus, sehingga ada pepatah RAIT BOARBOAR, SIRAIT BUTARBUTAR. AHU DO HO, HO DO AHU.
Sampai sekarang bisa kita lihat, sangat jarang ada keturunan Sirait atau Butarbutar yang saling menikahi. Tetapi antara Sitorus dengan Sirait, atau Sitorus dengan Butarbutar sangat banyak dijumpai.
Seperti yang saya sampaikan di awal, banyak keturunan ketiganya yang tidak mengetahui kisah ini. Tetapi bagi sebagian Sirait dan Butarbutar, cerita ini tetap diwariskan turun temurun sebagai pengingat, betapa hubungan antara abang dengan adik harusnya tidak akan terputus oleh zaman, dan kebaikan akan tetap dikenang sampai kapanpun.
Sabtu, 17 Januari 2015
Silsilah Na Rasaon
Berikut adalah silsilah Na Rasaon
Dari Tuan Sorimangaraja + Si Boru Biding Laut lahirlah Tuan Sorbadijae atau yang dikenal dengan sebutan Datu Pejel.
Dari Datu Pejel + Tantan Debata boru Limbong lahirlah Si Rasaon.
Dari Si Rasaon + boru Limbong lahirlah 2 anak yaitu Raja Mangatur dan Raja Mangarerak. Kedua anak inilah yang disebut sebagai Raja Mardopang, karena lahir kembar dalam balutan.
Dari Raja Mangatur + Deak Bintang Harugasan br Sagala lahirlah Sitorus, Sirait, dan Butarbutar.
Dari Raja Mangarerak + boru Hutahot lahirlah Manurung.
Antara Raja Mangatur dan Raja Mangarerak tidak diketahui siapa abang dan adik. Karena itu keturunan Raja Mangatur tidak ada yang memanggil abang maupun adik kepada keturunan Raja Mangarerak, demikian pula sebaliknya.
Dari Tuan Sorimangaraja + Si Boru Biding Laut lahirlah Tuan Sorbadijae atau yang dikenal dengan sebutan Datu Pejel.
Dari Datu Pejel + Tantan Debata boru Limbong lahirlah Si Rasaon.
Dari Si Rasaon + boru Limbong lahirlah 2 anak yaitu Raja Mangatur dan Raja Mangarerak. Kedua anak inilah yang disebut sebagai Raja Mardopang, karena lahir kembar dalam balutan.
Dari Raja Mangatur + Deak Bintang Harugasan br Sagala lahirlah Sitorus, Sirait, dan Butarbutar.
Dari Raja Mangarerak + boru Hutahot lahirlah Manurung.
Antara Raja Mangatur dan Raja Mangarerak tidak diketahui siapa abang dan adik. Karena itu keturunan Raja Mangatur tidak ada yang memanggil abang maupun adik kepada keturunan Raja Mangarerak, demikian pula sebaliknya.
Langganan:
Postingan (Atom)